Asal Usul Kalender Jawa
Kalender Jawa memang tidak dikenal secara umum. Sebab, masyarakat di Indonesia lebih familiar menggunakan penanggalan masehi. Hal tersebut terkait juga dengan penanggalan yang digunakan oleh masyarakat secara internasional.
Pasaran Jawa sering kali menjadi hari utama yang digunakan oleh penanggalan jawa ini. Sehingga masyarakat Jawa biasa menggunakan dan telah mengenal tiga sistem penanggalan. Yaitu, kalender Masehi, Hijriah, dan Jawa.
Dari ketiga sistem penanggalan tersebut, sistem penanggalan Kalender Jawa tahun 1976 menjadi sistem penanggalan yang paling muda. Hal ini berdasarkan dari tahun dibuat atau diperkenalkannya setiap sistem penanggalan tersebut.
Kalender Jawa online merupakan sistem penanggalan yang pada awal mulanya digunakan oleh Kesultanan Raja Mataram dan beberapa kerajaan lain yang kini tersedia secara daring atau online. Sistem penanggalan ini tergolong istimewa.
Beberapa pekerjaan lain yang menggunakan sistem penanggalan ini masih termasuk sebagai kerajaan pecahan Kesultanan Raja Mataram. Selain itu, ada juga cakupan daerah lain yang masih mendapat pengaruh dari Kesultanan Raja Mataram.
Umumnya, sistem penanggalan Jawa menjadi sistem penanggalan yang memadukan tiga sistem penanggalan. Yaitu, sistem penanggalan Islam, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit sistem penanggalan Julian atau budaya Barat.
Kalender Jawa Weton online sering disebut juga sebagai bagian dari sistem penanggalan Jawa. Sistem ini menerapkan dua siklus hari. Pertama, siklus mingguan dalam tujuh hari. Kedua, siklus pekan dalam lima hari pasaran.
Sedangkan, siklus pekan memiliki lima hari yakni Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Siklus ini disebut juga dengan pancawara. Sementara itu, sistem penanggalan Jawa tetap menggunakan tahun Saka berbasis perputaran matahari.
Agar lebih mudah untuk menggunakan sistem penanggalan Jawa, kini telah tersedia perhitungan Kalender Jawa online. Namun, Anda juga bisa melihat penanggalan Jawa tersebut di beberapa kalender umum dalam dua siklus harinya.
Sistem penanggalan Jawa diterapkan untuk menunjukkan perputaran hidup manusia dengan hidup yang diberikan Tuhan. Pembuatannya tidak sembarangan. Sebab, sistem penanggalan Jawa ini punya rumus Kalender Jawa sendiri.
Tak hanya itu, sistem penanggalan Jawa juga diajarkan di sekolah dasar. Apakah Anda masih ingat dengan hari yang ada pada penanggalan Jawa? Umumnya, sistem ini diajarkan saat masih berada di bangku sekolah dasar.
Namun tidak semua sekolah dasar mempelajarinya. Sebab, sistem penanggalan Jawa termasuk pada materi yang diajarkan di pelajaran bahasa daerah dengan muatan bahasa dan budaya Jawa. Apakah para generasi milenial mempelajarinya?
Berikut ini akan diulas lebih jelas mengenai asal usul Pasaran Jawa dan sistem penanggalan Jawa.
Pada masa pemerintahannya, Sultan Agung membawa Kerajaan Mataram Islam di puncak kejayaan. Ada banyak perubahan dilakukan. Salah satunya, menciptakan sistem penanggalan Jawa berdasarkan dari perpaduan sistem penanggalan lain.
Sebelum adanya sistem penanggalan Jawa, masyarakat kerajaan Mataram Islam menggunakan sistem penanggalan Saka yang berasal dari India sebagai budaya Hindu. Kemudian kehadiran Islam membawa sistem penanggalan Hijriah.
Kedua sistem penanggalan tersebut dibuat berdasarkan pergerakan benda langit yang berbeda. Sistem penanggalan Saka berdasarkan pergerakan matahari. Sedangkan sistem penanggalan Hijriah berdasarkan pergerakan bulan.
Rumus Kalender Jawa dibuat dengan memadukan kedua sistem penanggalan Saka dan Hijriah. Artinya, perhitungan penanggalan berasal dari pergerakan matahari dan bulan. Tak heran jika di satu kalender ada dua sistem penanggalan.
Oleh karena itu, sistem penanggalan Jawa dibuat agar perayaan adat oleh keraton bisa dilakukan dalam waktu yang sama dengan hari besar Islam. Maka perhitungan Kalender Jawa online saat ini sudah dibuat lebih sempurna.
Beberapa penyesuaian yang telah dilakukan yakni penggunaan tahun Saka dan penggunaan penanggalan Hijriah. Sehingga jumlah hari dan bulan di sistem penanggalan Jawa menggunakan penanggalan Hijriah dengan angka tahun Saka.
Nama bulan tersebut tergolong mirip dengan sistem urutan nama bulan pada sistem penanggalan Hijriah. Meskipun ada beberapa nama yang diambil dari sistem penanggalan Hindu.
Uniknya, sistem penanggalan Jawa memiliki perhitungan hari yang sama pada awal tahun baru. Umat Muslim merayakan tahun baru Islam pada 1 Muharam sedangkan masyarakat Jawa merayakan tahun baru Saka pada 1 Suro.
Sementara itu, pemberian nama hari di Kalender Jawa diserap dari bahasa Islam. Namun, terdapat pemberian nama hari dengan siklus pancawara.
Pasaran Jawa sering kali menjadi hari utama yang digunakan oleh penanggalan jawa ini. Sehingga masyarakat Jawa biasa menggunakan dan telah mengenal tiga sistem penanggalan. Yaitu, kalender Masehi, Hijriah, dan Jawa.
Dari ketiga sistem penanggalan tersebut, sistem penanggalan Kalender Jawa tahun 1976 menjadi sistem penanggalan yang paling muda. Hal ini berdasarkan dari tahun dibuat atau diperkenalkannya setiap sistem penanggalan tersebut.
Pengertian Kalender Jawa
Beberapa pekerjaan lain yang menggunakan sistem penanggalan ini masih termasuk sebagai kerajaan pecahan Kesultanan Raja Mataram. Selain itu, ada juga cakupan daerah lain yang masih mendapat pengaruh dari Kesultanan Raja Mataram.
Umumnya, sistem penanggalan Jawa menjadi sistem penanggalan yang memadukan tiga sistem penanggalan. Yaitu, sistem penanggalan Islam, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit sistem penanggalan Julian atau budaya Barat.
Kalender Jawa Weton online sering disebut juga sebagai bagian dari sistem penanggalan Jawa. Sistem ini menerapkan dua siklus hari. Pertama, siklus mingguan dalam tujuh hari. Kedua, siklus pekan dalam lima hari pasaran.
Sistem Penanggalan Jawa
Telah disinggung sebelumnya bahwa sistem penanggalan Jawa memiliki dua siklus hari. Untuk siklus mingguan memiliki tujuh hari yakni Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Siklus ini disebut juga dengan saptawara.Sedangkan, siklus pekan memiliki lima hari yakni Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Siklus ini disebut juga dengan pancawara. Sementara itu, sistem penanggalan Jawa tetap menggunakan tahun Saka berbasis perputaran matahari.
Agar lebih mudah untuk menggunakan sistem penanggalan Jawa, kini telah tersedia perhitungan Kalender Jawa online. Namun, Anda juga bisa melihat penanggalan Jawa tersebut di beberapa kalender umum dalam dua siklus harinya.
Sistem penanggalan Jawa diterapkan untuk menunjukkan perputaran hidup manusia dengan hidup yang diberikan Tuhan. Pembuatannya tidak sembarangan. Sebab, sistem penanggalan Jawa ini punya rumus Kalender Jawa sendiri.
Asal Usul Kalender Jawa dan Pasaran Jawa
Kalender Jawa yang saat ini dikenal masyarakat, tentu mempunyai asal usul sejarah panjang. Apalagi, ketika mengingat sistem penanggalan ini digunakan bukan hanya pada golongan tertentu tapi hampir di seluruh masyarakat Jawa.Tak hanya itu, sistem penanggalan Jawa juga diajarkan di sekolah dasar. Apakah Anda masih ingat dengan hari yang ada pada penanggalan Jawa? Umumnya, sistem ini diajarkan saat masih berada di bangku sekolah dasar.
Namun tidak semua sekolah dasar mempelajarinya. Sebab, sistem penanggalan Jawa termasuk pada materi yang diajarkan di pelajaran bahasa daerah dengan muatan bahasa dan budaya Jawa. Apakah para generasi milenial mempelajarinya?
Berikut ini akan diulas lebih jelas mengenai asal usul Pasaran Jawa dan sistem penanggalan Jawa.
Sejarah Kalender Jawa
Kalender Jawa tahun 1976 pertama kali diperkenalkan oleh Sultan Agung tahun 1633 Masehi. Sultan Agung merupakan seorang raja termasyhur di sepanjang sejarah Kerajaan Mataram Islam yang berkuasa pada tahun 1613 - 1645 Masehi.Pada masa pemerintahannya, Sultan Agung membawa Kerajaan Mataram Islam di puncak kejayaan. Ada banyak perubahan dilakukan. Salah satunya, menciptakan sistem penanggalan Jawa berdasarkan dari perpaduan sistem penanggalan lain.
Sebelum adanya sistem penanggalan Jawa, masyarakat kerajaan Mataram Islam menggunakan sistem penanggalan Saka yang berasal dari India sebagai budaya Hindu. Kemudian kehadiran Islam membawa sistem penanggalan Hijriah.
Kedua sistem penanggalan tersebut dibuat berdasarkan pergerakan benda langit yang berbeda. Sistem penanggalan Saka berdasarkan pergerakan matahari. Sedangkan sistem penanggalan Hijriah berdasarkan pergerakan bulan.
Rumus Kalender Jawa dibuat dengan memadukan kedua sistem penanggalan Saka dan Hijriah. Artinya, perhitungan penanggalan berasal dari pergerakan matahari dan bulan. Tak heran jika di satu kalender ada dua sistem penanggalan.
Kalender Jawa Online
Kalender Jawa Weton online sebelumnya memuat perbedaan hari perayaan adat yang dilakukan oleh keraton menjadi berbeda dari hari besar Islam. Namun, Sultan Agung memiliki keinginan untuk mengelaborasi kedua hari tersebut.Oleh karena itu, sistem penanggalan Jawa dibuat agar perayaan adat oleh keraton bisa dilakukan dalam waktu yang sama dengan hari besar Islam. Maka perhitungan Kalender Jawa online saat ini sudah dibuat lebih sempurna.
Beberapa penyesuaian yang telah dilakukan yakni penggunaan tahun Saka dan penggunaan penanggalan Hijriah. Sehingga jumlah hari dan bulan di sistem penanggalan Jawa menggunakan penanggalan Hijriah dengan angka tahun Saka.
Sejarah Pasaran Jawa
Dalam sistem penanggalan Jawa terdapat 12 nama bulan, yaitu Suro, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dulkangidah, dan Besar.Nama bulan tersebut tergolong mirip dengan sistem urutan nama bulan pada sistem penanggalan Hijriah. Meskipun ada beberapa nama yang diambil dari sistem penanggalan Hindu.
Uniknya, sistem penanggalan Jawa memiliki perhitungan hari yang sama pada awal tahun baru. Umat Muslim merayakan tahun baru Islam pada 1 Muharam sedangkan masyarakat Jawa merayakan tahun baru Saka pada 1 Suro.
Sementara itu, pemberian nama hari di Kalender Jawa diserap dari bahasa Islam. Namun, terdapat pemberian nama hari dengan siklus pancawara.
Posting Komentar untuk "Asal Usul Kalender Jawa"